Firefly Pointer -->

Assalamualaikum Wr.Wb



http://1.bp.blogspot.com/_p5Ij_0m6ziQ/TSQigVIiNrI/AAAAAAAAAV0/11Qowt8ohb0/s1600/nasrudin+hoja.jpg
Kisah lucu Nasruddin Hoja


ITIK BERKAKI SATU

Sekali lagi Nasrudin diundang Timur Lenk. Nasrudin ingin membawa buah tangan berupa itik panggang. Sayang sekali, itik itu telah dimakan Nasrudin sebuah kakinya pagi itu. Setelah berpikir-pikir, akhirnya Nasrudin membawa juga itik panggang berkaki satu itu menghadap Timur Lenk.
Seperti yang kita harapkan, Timur Lenk bertanya pada Nasrudin, “Mengapa itik panggang ini hanya berkaki satu, Mullah ?”
“Memang di negeri ini itik-itik hanya memiliki satu kaki. Kalau Anda tidak percaya, cobalah lihat di kolam.”
Mereka berdua berjalan ke kolam. Di sana, banyak itik berendam sambil mengangkat sebuah kakinya, sehingga nampak hanya berkaki satu.
“Lihatlah,” kata Nasrudin puas, “Di sini itik hanya berkaki satu.”
Tentu Timur Lenk tidak mau ditipu. Maka ia pun berteriak keras. Semua itik kaget, menurunkan kaki yang dilipat, dan beterbangan.
Tapi Nasrudin tidak kehilangan akal. “Subhanallah,” katanya, “Bahkan itik pun takut pada keinginan Anda. Barangkali kalau Anda meneriaki saya, saya akan ketakutan dan secara reflek menggandakan kaki jadi empat dan kemudian terbang juga.”

Terburu-buru

Keledai Nasrudin jatuh sakit. Maka ia meminjam seekor kuda kepada tetangganya. Kuda itu besar dan kuat serta kencang larinya. Begitu Nasrudin menaikinya, ia langsung melesat secepat kilat, sementara Nasrudin berpegangan di atasnya, ketakutan.
Nasrudin mencoba membelokkan arah kuda. Tapi sia-sia. Kuda itu lari lebih kencang lagi.
Beberapa teman Nasrudin sedang bekerja di ladang ketika melihat Nasrudin melaju kencang di atas kuda. Mengira sedang ada sesuatu yang penting, mereka berteriak,
“Ada apa Nasrudin ? Ke mana engkau ? Mengapa terburu-buru ?”
Nasrudin balas berteriak, “Saya tidak tahu ! Binatang ini tidak mengatakannya kepadaku !”

Orientasi Pada Baju

Nasrudin diundang berburu, tetapi hanya dipinjami kuda yang lamban. Tidak lama, hujan turun deras. Semua kuda dipacu kembali ke rumah. Nasrudin melepas bajunya, melipat, dan menyimpannya, lalu membawa kudanya ke rumah. Setelah hujan berhenti, dipakainya kembali bajunya. Semua orang takjub melihat bajunya yang kering, sementara baju mereka semuanya basah, padahal kuda mereka lebih cepat.
“Itu berkat kuda yang kau pinjamkan padaku,” ujar Nasrudin ringan.
Keesokan harinya, cuaca masih mendung. Nasrudin dipinjami kuda yang cepat, sementara tuan rumah menunggangi kuda yang lamban. Tak lama kemudian hujan kembali turun deras. Kuda tuan rumah berjalan lambat, sehingga tuan rumah lebih basah lagi. Sementara itu, Nasrudin melakukan hal yang sama dengan hari sebelumnya.
Sampai rumah, Nasrudin tetap kering.
“Ini semua salahmu!” teriak tuan rumah, “Kamu membiarkan aku mengendarai kuda brengsek itu!”
“Masalahnya, kamu berorientasi pada kuda, bukan pada baju.”

Timur Lenk di Akhirat

Timur Lenk meneruskan perbincangan dengan Nasrudin soal kekuasaannya.
“Nasrudin! Menurutmu, di manakah tempatku di akhirat, menurut kepercayaanmu ? Apakah aku ditempatkan bersama orang-orang yang mulia atau yang hina ?”
Bukan Nasrudin kalau ia tak dapat menjawab pertanyaan ‘semudah’ ini.
“Raja penakluk seperti Anda,” jawab Nasrudin, “Insya Allah akan ditempatkan bersama raja-raja dan tokoh-tokoh yang telah menghiasi sejarah.”
Timur Lenk benar-benar puas dan gembira. “Betulkah itu, Nasrudin ?”
“Tentu,” kata Nasrudin dengan mantap. “Saya yakin Anda akan ditempatkan bersama Fir’aun dari Mesir, raja Namrudz dari Babilon, kaisar Nero dari Romawi, dan juga Jenghis Khan.”
Entah mengapa, Timur Lenk masih juga gembira mendengar jawaban itu.

Mimpi Religius

Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Tidurlah mereka.
Pagi harinya, saat bangun, pastur bercerita: “Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali.”
Yogi menukas, “Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai.”
Nasrudin berkata, “Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda ‘Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.’ Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga.”

Keledai Membaca

Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata,
“Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya.”
Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin.
“Demikianlah,” kata Nasrudin, “Keledaiku sudah bisa membaca.”
Timur Lenk mulai menginterogasi, “Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?”
Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar.”
“Tapi,” tukas Timur Lenk tidak puas, “Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?”
Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan ?”

Jatuhnya Jubah

Nasrudin pulang malam bersama teman-temannya. Di pintu rumah mereka berpisah. Di dalam rumah, istri Nasrudin sudah menanti dengan marah. “Aku telah bersusah payah memasak untukmu sore tadi !” katanya sambil menjewer Nasrudin. Karena kuatnya, Nasrudin terpelanting dan jatuh menabrak peti.
Mendengar suara gaduh, teman-teman Nasrudin yang belum terlalu jauh kembali, dan bertanya dari balik pintu,
“Ada apa Nasrudin, malam-malam begini ribut sekali?”
“Jubahku jatuh dan menabrak peti,” jawab Nasrudin.
“Jubah jatuh saja ribut sekali ?”
“Tentu saja,” sesal Nasrudin, “Karena aku masih berada di dalamnya.”

Gelar Timur Lenk

Timur Lenk mulai mempercayai Nasrudin, dan kadang mengajaknya berbincang soal kekuasaannya.
“Nasrudin,” katanya suatu hari, “Setiap khalifah di sini selalu memiliki gelar dengan nama Allah. Misalnya: Al-Muwaffiq Billah, Al-Mutawakkil ‘Alallah, Al-Mu’tashim Billah, Al-Watsiq Billah, dan lain-lain. Menurutmu, apakah gelar yang pantas untukku ?”
Cukup sulit, mengingat Timur Lenk adalah penguasa yang bengis. Tapi tak lama, Nasrudin menemukan jawabannya. “Saya kira, gelar yang paling pantas untuk Anda adalah Naudzu-Billah* saja.”
* “Aku berlindung kepada Allah (darinya)”

Api !!

Hari Jum’at itu, Nasrudin menjadi imam Shalat Jum’at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah,“Api ! Api ! Api !”
Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya,
“Dimana apinya, Mullah ?”
Nasrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya,
“Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah.”


Resensi Buku Nie... karya penulis berkualitas lainnya. 
By Ummu Thoriq El Kanzo
  
Tahu kan, Nasrudin Hoja? Dia berasal dari Anatolia, Turki. Orang bilang dia cerdas dan pandai.
Raja, Hakim, dan orang-orang pintar memang pernah ia kalahkan dengan otaknya. 
Kamu pasti tertawa mendengar ceritanya. Kata orang, dia itu lucu!
Simak ceritanya yaa ....
Dikisahkan ada seorang profesor yang sombong. Ia merasa sangat pintar dalam segala hal. Karenanya Nasrudin ingin sedikit memberi pelajaran pada profesor sombong ini.
“Profesor, saya ingin taruhan,” kata Nasrudin.
Profesor terbahak, “kamu pasti kalah!”
“Tentu saja, profesor kan pintar, sedangkan saya bodoh. Tapi bolehlah kita coba,” kata Nasrudin tenang.
“Jika profesor tidak dapat menjawab pertanyaan saya maka profesor harus memberi saya sepuluh dirham. Sedangkan jika saya tidak dapat menjawab pertanyaan profesor maka saya harus membayar satu dirham,” kata Nasrudin. 
Profesor melotot, “itu tidak adil!”
“Justru adil. Karena profesor kan lebih pintar dariku, peluang untuk menang lebih besar,” jawab Nasrudin.
“Baiklah,” setengah bangga, profesor tersebut menyanggupi dengan yakin.
“Saya duluan yah! Hewan apa yang kakinya tiga?” tanya Nasrudin.
“Hei, tidak ada hewan berkaki tiga,” kata profesor setelah berpikir lama.
“Pertanyaan macam apa itu pula!” katanya geram.
“Aha, profesor kalah! Sepuluh dirham, kemari ... sini ... sini...,” Nasrudin tertawa.
Dengan berat hati profesor memberikan sepuluh dirham.  Karena penasaran, profesor itu pun mengajukan pertanyaan yang sama.
“Sekarang giliran saya. Hewan apa yang kakinya tiga?” tanya Profesor cepat.
“Oh, maaf saya tidak tahu,” kata Nasrudin sambil menyerahkan satu dirham.
Ia pun melenggang pergi dengan tenang membawa uang sisa sembilan dirham.
Judul                : Cerita Lucu Nasrudin Hoja
Penyusun          : Ummu Thoriq
Hlm                  : 74 hlm
Ukuran             : 20x21 cm
Harga               : Rp 26.000
ISBN               : 978-602-97603-0-9
Catatan untuk Orangtua: Mari MENDIDIK SAMBIL MENGHIBUR
Menurut para ahli, humor atau lelucon memungkinkan seorang anak menemukan cara mengatasi stres dan kecemasannya. Lelucon dapat menurunkan tekanan darah, sehingga menjadikan seseorang lebih rileks. Humor juga dapat menyelamatkan anak dari rasa malu atau untuk mengatasi amarahnya.
Kemampuan humor merupakan keterampilan sosial yang berperan penting. Karena dengan humor, anak dapat menyampaikan apa saja yang disukai dan tidak disukai, atau menyampaikan perasaan negatif atau perasaan positifnya dengan cara simpati kepada orang lain.
Dengan humor juga anak dapat memelihara hubungan sosial dengan teman-temannya. Anak-anak yang humoris biasanya mudah melucu dengan tangkas, sehingga membuat orang lain tertawa.
Situasi ini mendorong anak yang sangat berhasrat bersosialisasi untuk mengulang perilakunya yang dapat membuat orang lain tertawa. Anak pun gembira mendapat pendengar. Hal ini  merupakan tanda bahwa ia mulai dapat mengendalikan lingkungan sosialnya.
Banyak ahli sepakat bahwa pribadi yang humoris dan peka lingkungan akan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang ada, baik dari dalam maupun luar dirinya. Lewat kepekaan humor, kekecewaan hati tidak sampai membuat seorang anak bertindak agresif atau membuatnya depresi.
Namun, humor yang tidak tepat dan berlebihan dapat mengakibatkan masalah dalam kehidupan sosial seseorang.  Pilihan humor dalam buku ini tidak hanya menghibur anak, tetapi juga memperkaya kecerdasan intelegensia, emosi, dan spiritual anak.
Dengan cara yang menghibur, anak dibekali dengan nilai-nilai luhur yang sarat hikmah. Inilah aspek penting yang perlu dikembangkan untuk mengoptimalkan kepribadian anak Anda.
Selamat tertawa bersama anak Anda!

DOWNLOAD EBOOK HUMOR KISAH KISAH NASRUDDIN HOJA


Ebook Humor yang Penuh Makna

Kisah-kisah Nasruddin telah lama dibukukan. Humor-humor Nasruddin Hoja memang tak pernah mati, tak pernah bosan dibaca. Banyak orang, bahkan, tersenyum simpul dan tertawa lebar kala membacanya. Humornya khas, tapi acap mengkritik kezaliman, menggugat ketimpangan sosial, dan mengajarkan keadilan. Kisah-kisahnya menggelikan, tapi sangat menakjubkan. Kisah-kisahnya nyeleneh, tapi penuh hikmah. Dia sang Mullah yang penuh kepolosan. Dia sufi yang penuh kesederhanaan. Dia mengajarkan kehidupan dan nilai-nilai luhur dengan cara lain yang sangat unik. Seolah-olah ia tolol, padahal dia tengah mengajarkan kita banyak kearifan sembari menyindir perilaku bodoh kita dengan humor-humornya yang aneh.

Inilah buku tentang kisah-kisah Nasruddin Hoja yang amat menakjubkan. sang Mullah yang dikenal luas sebagai guru "kekonyolan" ini telah menyuguhkan hikmah-hikmah kearifan dalam "pakaian" kesederhanaan, kepolosan, dan perilaku-perilaku yang aneh dan nyeleneh. Tampaknya ia bersikap tolol, tetapi sesungguhnya ia sedang mengajarkan nilai-nilai luhur. Tampaknya ia sedang bercanda, tetapi sesungguhnya ia sedang menghidangkan ilmu dan hikmah agar semua orang mampu menikmatinya.

Kisah-kisah Nasruddin Hoja selalu mendapat perhatian banyak kalangan. Meski isinya acap kali mengkritik kezaliman dan ketimpangan sosial, ia sering menghiasi ruang imajinasi para penentu kebijakan. Melalui humornya yang khas, Nasruddin hendak mengajarkan keadilan dan kemuliaan. Karena itu, Anda akan mendapatkan manfaat setelah membaca buku humor penuh makna ini.


Download Kisah Kisah Nasruddin Hoja

Silakan langsung saja download ebook "Kisah-kisah Nasruddin Hoja", yang sarat ajaran budi pekerti luhur, moral baik, dan penuh makna itu di sini.
Selamat membaca, dan semoga mendapatkan manfaat!

Kumpulan Kisah-Kisah Nasrudin

Diposting Oleh Kiral Moerad Thursday, December 6, 2012 6 komentar

Bismillah
Assalamulaikum saudara ku
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi beberapa kisah humor dan mendidik dari kisah-kisah Nasrudin. Ada yang belum tahu siapa Nasrudin (wait Bukan Nasarudin tokoh-tokoh koruptor yang di DPR sana), berikut adalah sedikit tentang Nasrudin yang saya terjemahin menggunakan google translate....maaf bahasa inggris saya masih seadanya, yang sementara ini hanya bisa menerima dan sedikit sekali memeberi.

Mullah, Nasrudin Hoja muncul sebagai karakter unik dalam tradisi yang berkembang dari cerita. Kisah Nasrudin terkadang diadaptasi dan digunakan sebagai cerita pembelajaran oleh pengikut jalan sufi.
Selenkapnya bisa di cek di sini en.wikibooks.org/wiki/Sufism/Nasrudin 

Jika anda tertarik juga membaca beberapa kisah inspiratif, kisah sufi, kisah para sahabat nabi, kisah para ulama, kisah para wali dan pembesar-pembesar islam lainnya bisa ada buka link berikut KISAH MOTIVASI.

Ok berikut adalah beberapa kisah Nasrudin, semoga bisa menghibur 


Relivitas Keju

Setelah bepergian jauh, Nasrudin tiba kembali di rumah. Istrinya menyambut dengan gembira,
“Aku punya sepotong keju untukmu,” kata istrinya.
“Alhamdulillah,” puji Nasrudin, “Aku suka keju. Keju itu baik untuk kesehatan perut.”
Tidak lama Nasrudin kembali pergi. Ketika ia kembali, istrinya menyambutnya dengan gembira juga.
“Adakah keju untukku ?” tanya Nasrudin.
“Tidak ada lagi,” kata istrinya.
Kata Nasrudin, “Yah, tidak apa-apa. Lagipula keju itu tidak baik bagi kesehatan gigi.”
“Jadi mana yang benar ?” kata istri Nasrudin bertanya-tanya, “Keju itu baik untuk perut atau tidak baik untuk gigi ?”
“Itu tergantung,” sambut Nasrudin, “Tergantung apakah kejunya ada atau tidak.”

end...

Tidak Terlalu Dalam

Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Tapi — kita tahu — menyogok itu diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
Nasrudin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh. Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan ?”
Hakim tersenyum lebar. “Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
“Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam.” Dan berlalulah Nasrudin.

end... 

Kisah Sufi, Kisah Sukarno dan Mati Tersenyum

Jubah Jatuh

Nasrudin pulang malam bersama teman-temannya. Di pintu rumah mereka berpisah. Di dalam rumah, istri Nasrudin sudah menanti dengan marah. “Aku telah bersusah payah memasak untukmu sore tadi !” katanya sambil menjewer Nasrudin. Karena kuatnya, Nasrudin terpelanting dan jatuh menabrak peti.
Mendengar suara gaduh, teman-teman Nasrudin yang belum terlalu jauh kembali, dan bertanya dari balik pintu,
“Ada apa Nasrudin, malam-malam begini ribut sekali?”
“Jubahku jatuh dan menabrak peti,” jawab Nasrudin.
“Jubah jatuh saja ribut sekali ?”
“Tentu saja,” sesal Nasrudin, “Karena aku masih berada di dalamnya.”

end... 

Kekelan Massa

Ketika memiliki uang cukup banyak, Nasrudin membeli ikan di pasar dan membawanya ke rumah. Ketika istrinya melihat ikan yang banyak itu, ia berpikir, “Oh, sudah lama aku tidak mengundang teman-temanku makan di sini.”
Ketika malam itu Nasrudin pulang kembali, ia berharap ikannya sudah dimasakkan untuknya. Alangkah kecewanya ia melihat ikan-ikannya itu sudah habis, tinggal duri-durinya saja.
“Siapa yang menghabiskan ikan sebanyak ini ?”
Istrinya menjawab, “Kucingmu itu, tentu saja. Mengapa kau pelihara juga kucing yang nakal dan rakus itu!”
Nasrudin pun makan malam dengan seadanya saja. Setelah makan, dipanggilnya kucingnya, dibawanya ke kedai terdekat, diangkatnya ke timbangan, dan ditimbangnya. Lalu ia pulang ke rumah, dan berkata cukup keras,
“Ikanku tadi dua kilo beratnya. Yang barusan aku timbang ini juga dua kilo. Kalau kucingku dua kilo, mana ikannya ? Dan kalau ini ikan dua kilo, lalu mana kucingnya ?”

end... 

Membalik Logika

Seorang yang filosof dogmatis sedang meyampaikan ceramah. Nasrudin mengamati bahwa jalan pikiran sang filosof terkotak-kotak, dan sering menggunakan aspek intelektual yang tidak realistis. Setiap masalah didiskusikan dengan menyitir buku-buku dan kisah-kisah klasik, dianalogikan dengan cara yang tidak semestinya.
Akhirnya, sang penceramah mengacungkan buku hasil karyanya sendiri. nasrudin segera mengacungkan tangan untuk menerimanya pertama kali. Sambil memegangnya dengan serius, Nasrudin membuka halaman demi halaman, berdiam diri. Lama sekali. Sang penceramah mulai kesal.
“Engkau bahkan membaca bukuku terbalik!”
“Aku tahu,” jawab Nasrudin acuh, “Tapi karena cuma ini satu-satunya hasil karyamu, rasanya, ya, memang begini caranya mempelajari jalan pikiranmu.”

end... 

Manipulasi Deskripsi

Nasrudin kehilangan sorban barunya yang bagus dan mahal. Tidak lama kemudian, Nasrudin tampak menyusun maklumat yang menawarkan setengah keping uang perak bagi yang menemukan dan mengembalikan sorbannya.
Seseorang protes, “Tapi penemunya tentu tidak akan mengembalikan sorbanmu. Hadiahnya tidak sebanding dengan harga sorban itu.”
“Nah,” kata Nasrudin, “Kalau begitu aku tambahkan bahwa sorban itu sudah tua, kotor, dan sobek-sobek.”

end...

Bahasa Kurdi


Tetangga Nasrudin ingin belajar bahasa Kurdi. Maka ia minta diajari Nasrudin. Sebetulnya Nasrudin juga belum bisa bahasa Kurdi selain beberapa patah kata. Tapi karena tetangganya memaksa, ia pun akhirnya bersedia.
“Kita mulai dengan sop panas. Dalam bahasa Kurdi, itu namanya Aash.”
“Bagaimana dengan sop dingin ?”
“Hemm. Perlu diketahui bahwa orang Kurdi tidak pernah membiarkan sop jadi dingin. Jadi engkau tidak akan pernah mengatakan sop dingin dalam bahasa Kurdi.”



Sekian, kisah-kisah sufi, kisah sufi, kisah sufi lucu, semoga bermanfaat dan bisa menghibur
Wassalamualaikum



Nasruddin Hoja: Karakter Lucu, Berani, dan Sarat Hikmah

Kamis, 19 Februari 2009, 22:14 WIB

Nasrudin Hoja merupakan tokoh kocak pada kisah sufistik yang dikenal di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpenduduk Muslim. Setiap kisah selalu menampilakannya dalam kondisi yang berbeda-beda melalui ide dan cara pandang humoris dan mengekpos komentar berani namun kocak dan penuh dengan hidup. Yang paling menarik dari cerita-cerita tokoh ini adalah meski lucu namun sarat dengan makna filosofis, sufistik; menggelitik nalar dan hati nurani.

Menurut berbagai sumber, sufi yang hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol ini merupakan seorang filosof yang bijak dan penuh dengan cita rasa humor. Kisah-kisah Nasrudin telah dikenal hampir di seluruh belahan dunia. Tentu saja, seluruh kisah tentang Hoja dengan rentang waktu lebih dari 7 abad, tidak semua asli darinya. Kebanyakan merupakan produk budaya humor secara kolektif bukan hanya dari Budaya Turki tapi juga dari masyarakat Islam lainnya. Meski begitu dikenal, hoja merupakan tokoh yang masih diperdebatkan keberdaanya antara fiktif dan sejarah. Banyak teori tentang biografinya, namun sayangnya belum cukup memberikan data yang valid.

Sejak Abad ke-16, tokoh ini semakin populer karena ia menawarkan alternatif kepada masyarakat yang mulai bosan terhadap segala hal sifatnya formal dan kaku. Kisah tentang Nasrudin Hoja pada awalnya ditemukan dalam beberapa manuskrip pada awal abad ke-15. Cerita pertama ditemukan dalam Ebu'l-Khayr-i Rumis Saltuk-name (1480). Dalam buku tersebut dikatakan bahwa nasrudin merupakan murid sufi dari Seyyid Mahmud Hayrani di Aksehir, barat laut Turki modern.

Pada abad ke-19, Mufti Sivrihisar, Huseyin efendi, menulis dalam Mecmua-i Maarif bahwa Nasrudin lahir pada 1208 di desa Hortu (sekarang disebut Nasreddin Hoca Koyu) bagian dar Sivrihisar dan meninggal 1284 di Aksehir, setelah hijrah ke sana. Menurut sumber ini, Hoja belajar di SIvrihisar dan madrasah Konya. Hoja belajar fiqh serta belajar tasawuf langsung pada Mawlana Jala al-Din al-Rumi (1207-1273) di Konya. Kemudian Hoja mengikuti Seyyeid Mahmud Hayrani, sebagi guru sufi keduanya, hijrah ke Aksehir dan menikah di sana. Konon, Sewaktu masih muda, Nasrudin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya, sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah. Maka gurunya yang bijak bernubuwat: “Kelak, ketika engkau sudah dewasa, engkau akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu.” Ramalan pun menjadi kenyataan, di Aksehir, Hoja menjadi Imam dan hakim. Karena rasa humor yang tinggi dan ulasan-ulasanya yang cemerlang, ia menjadi sangat tersohor dan terkemuka di kota itu.

Kisah-kisah Nasrudin Hoja dikenal di seluruh Timur Tengah yang tentu kemudian diwarnai dengan budaya di mana cerita itu berkembang. Yang jelas, kebanyakan kisah Nasrudin diceritakan sebagai kisah lucu dan anekdot. Kisah-kisah ini tidak henti-hentinya diceritakan baik di kafe, di tempat orang-orang berkumpul untuk ngobrol, serta di rumah sebagi bahan cerita untuk anak. Meski begitu akrabnya kisah Hoja dengan masyarakat, satu karakter yang tetap melekat pada kisah Hoja ini adalah inti yang terkandung dari kisah lucu tersebut hanya orang-orang pada level inteletual tertentu yang mampu memahaminya. Kisah-kisah lucu namun kaya akan pesan moral, biasanya bahkan penuh dengan pesan-pesan spiritual yang mencerahkan dan tak jarang juga memuat perilaku dan jalan menuju maqam makrifatullah. Karena itulah, tak jarang kisah-kisah Hoja ini menjadi materi pengajian sufi.

Kisah-kisah Hoja juga sarat dengan sindiran dan kritik yang cukup berani terhadap tirani dan kekuasan serta ketimpangan sosial dan egoisme elit. Karena itulah, Nasrudin merupakan simbol keberanian, penentangan, sarkastis, ironis, dan komedi kritis di Timur Tengah.

Di Indonesia, kemasyhuran Nasrudin Hoja hampir tidak kalah dengan Abu Nawas. Di tengah dahaga kaum Muslim Indonesia akan nilai-nilai spiritual, beberapa buku yang memuat kisah-kisah Nasrudin Hoja pun laris manis di pasaran.

Berikut adalah salah satu contoh kisahnya yang lucu dan penuh sindiran terhapa penguasa:

Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata,

"Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya."

Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin.

"Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca."

Timur Lenk mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?"

Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar."

"Tapi," tukas Timur Lenk tidak puas, "Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?"

Nasrudin menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca; hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berati kita setolol keledai, bukan ?"

Itulah satu contoh kisah humor sufistik dari Hoja, dan masih ada ratusan cerita lucu penuh makna yang dikaitkan dengan tokoh kita yang satu ini.(taq/dari berbagai sumber)




Kisah lainnyahttp://abunawasdanhoja.blogspot.com/